Operator seluler, Telkomsel akhirnya memberikan pernyataan resmi terkait dugaan praktik monopoli di wilayah luar Jawa.
Dalam siaran rilis kepada tim Tekno Liputan6.com, Senin (20/6/2016), Telkomsel membantah bahwa dominasinya di luar Jawa adalah praktik monopoli.
Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati mengatakan dominasi pasar tersebut dicapai melalui proses panjang sejak Telkomsel berdiri pada 1995.
“Membangun hingga ke pelosok merupakan semangat yang dimiliki oleh Telkomsel untuk menyatukan nusantara, di mana saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang bisnisnya lebih menguntungkan,” ucapnya.
Menurutnya, meski peluang pasar di lokasi-lokasi pembangunan jaringan di luar Pulau Jawa tidak terlalu besar, Telkomsel tetap berkomitmen membangun di seluruh Indonesia.
Komitmen pembangunan tertuang dalam Modern Licensing, seperti yang diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Padahal investasi yang dikeluarkan juga tak sedikit. Ditambah, biaya produksi dan operasional jauh lebih tinggi dibandingkan pulau Jawa.
Selain itu, kata Adita, Telkomsel merupakan satu-satunya operator yang membangun jaringan hingga ke pelosok. Saat ini tercatat 116.000 BTS Telkomsel yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Konsistensi pembangunan jaringan akan terus dijaga sehingga lebih banyak masyarakat Indonesia yang dapat menikmati layanan telekomunikasi berkualitas.” Tutupnya.
Sebelumnya, Indosat secara terang-terangan melakukan aktivitas kampanye Below The Line (BTL) yang “menyerang” Telkomsel.|
Spanduk itu bertuliskan sindiran terhadap tarif seluler Telkomsel yang dinilai mahal, baik itu tarif SMS, telepon, dan internet.
Menurut CEO Indosat, Alexander Rusli, pihak Telkomsel lah yang lebih dulua ‘menyerang’ Indosat dengan memonopoli pemasaran di salah satu wilayah.
Sumber: Liputan6